Jumat, 10 Juni 2016

Matematika & Ilmu Alamiah Dasar



Matematika dan Ilmu Alamiah Dasar
BAB I
Pendahuluan

1.  Pengertian Ilmu Alamiah Dasar
Ilmu Alamiah Dasar dapat diartikan sebagai Ilmu Pengetahuan Alam (natural science) yang mengkaji tentang gejala–gejala dalam alam semesta sehingga terbentuklah konsep dan prinsip. Ilmu Alamiah Dasar hanya mengkaji konsep–konsep dan prinsip–prinsip dasar yang bersifat esensial, contohnya seperti Biologi, Fisika, dan Kimia, ketiga ilmu tersebut juga memiliki turunan lagi. Ilmu Alamiah Dasar merupakan disiplin ilmu yang dapat berubah sesuai kemajuan peradaban manusia. Menurut Abdulah Aly dan Eny Rahma (2006:V) “Ilmu Alamiah Dasar merupakan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Teknologi” yang pembahasannya mencakup pengenalan IPA dan ruang lingkupnya, perkembangan teknologi dan dampaknya, serta hubungannya dengan kelangsungan hidup manusia.

2.  Perkembangan Alam Pikiran Manusia
Pada dasarnya manusia merupakan makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling sempurna dalam persaingan hidup di muka bumi ini. Meski banyak keterbatasan fisik, seperti diantaranya : ukuran, kekuatan, kecepatan, dan panca indera. Keberhasilan tersebut disebabkan karena manusia memiliki akal yang lebih baik daripada makhluk lainnya, yang memungkinkan manusia lebih mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Karna itu alam pikir manusia dapat berkembang dengan kemampuan berfikir dan bernalar manusia, akal serta nuraninya yang memungkinkan untuk selalu berbuat yang lebih baik lagi dan bijaksana untuk dirinya maupun lingkungan sekitarnya.

Pengetahuan yang terkumpul dan semakin maju menyebabkan rasa ingin tahu manusia semakin berkembang. Rasa ingin tahu pada manusia ini menyebabkan pengetahuan mereka dapat berkembang setiap hari, mereka mengamati benda-benda dan peristiwa yang terjadi dialam sekitarnya. Manusia tidak akan pernah merasa puas jika belum memperoleh jawaban mengenai apa yang diamatinya, rasa ingin tahu semacam itu yang tidak dimiliki oleh hewan. Manusia merupakan makhluk hidup yang berakal serta mempunyai derajat yang tertinggi bila dibandingkan dengan hewan atau makhluk lainnya. Rasa ingin tahu yang terdapat pada manusia ini yang menyebabkan pengetahuan mereka menjadi berkembang.

Dan dengan sifat keingintahuan manusia yang besar, manusia selalu berusaha mencari keterangan tentang fenomena alam dan pengetahuan-pengetahuan yang sangat banyak, mungkin karena itu lah secara tidak langsung alam pikiran manusia dapat berkembang. Dan mungkin karena teknologi juga yang semakin berkembang sesuai zamannya, sehingga sejalan dengan cara berfikir manusia yang memudahkan manusia untuk mencari informasi dan ilmu pengetahuan yang sangat banyak, sehingga membuat alam pikir manusia semakin berkembang dan berkembang lagi.

Manusia secara terus menerus selalu mengembangkan pengetahuan. Mereka mengembangkan pengetahuan tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan yang menyangkut kelangsungan hidupnya saja. Mereka juga berusaha untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Perkembangan pengetahuan pada manusia juga didukung oleh adanya sifat manusia yang ingin maju, sifat manusia yang selalu tidak puas dan sifat yang lebih baik. Mereka selalu berusaha mengerti atau memperoleh pengetahuan yang lebih banyak. Dengan demikian, Akumulasi pengetahuan akan berlangsung lebih cepat.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa bagaimana alam pikiran manusia dapat berkembang karena dengan kemampuan manusia untuk berfikir dan bernalar serta sifat keingintahuan manusia yang sangat besar.

3.  Mitos, Penalaran, dan Cara Memperoleh Pengetahuan
3.1  Mitos
Mitos adalah imajinasi manusia yang berusaha untuk menerangkan gejala-gejala pada alam sekitar pada saat tertentu yang kemudian dikaitkan dengan kepercayaan adanya kekuatan gaib. Namun, dikarenakan adanya keterbatasan manusia dalam menjelaskan hal tersebut, maka manusia pada masa itu mengumpamakan imajinasi tersebut dengan seorang dewa atau dewi, tokoh misteri dan hal-hal yang berbau mistis. Oleh karena itu, pengetahuan yang dihasilkan bersifat subyektif atau menurut pandangan (perasaan) sendiri.

Rasa ingin tahu seorang tidaklah terpenuhi secara cepat dan tidak langsung merasakan suatu kepuasan terhadap sebuah jawaban, karena itulah manusia menerka sendiri jawaban terhadap keingintahuannya itu.  Contohnya seperti: “Apakah pelangi itu?”, karena pertanyaan tersebut tak terjawab, manusia mulai menerka jawaban tersebut dengan mengatakan bahwa pelangi adalah selendang dari bidadari. Jadi, muncul pengetahuan baru. yaitu bidadari. Contoh lainnya: “Mengapa gunung meletus?” dan karena tidak tahu jawabannya, manusia menerka lagi bahwa “Yang berkuasa dari gunung itu sedang marah”. Dengan menggunakan jalan pemikiran yang sama, maka muncul anggapan-anggapan tersebut. Oleh sebab itu pengetahuan bermunculan dan kepercayaan itulah yang kita sebut sebagai mitos. Cerita yang berdasarkan atas mitos disebut legenda.

Mitos bisa disebabkan karena keterbatasan alat indera manusia, misalnya:
a.    Alat Penglihatan
Misalnya seperti banyaknya benda yang bergerak begitu cepat sehingga tidak terlihat jelas oleh mata. Mata tidak dapat membedakan benda-benda tersebut. Demikian juga jika benda tersebut terlalu jauh, maka hasilnya manusia tidak mampu melihatnya.
b.    Alat Pendengaran
Misalnya dengan keterbatasan pendengaran  manusia yang pada getaran mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 per detik. Sehingga getaran di bawah 30 atau di atas 30.000 per detik tidak dapat didengar oleh manusia.
c.    Alat Pencium dan Pengecap
Bau dan rasa tidak dapat memasitkan benda yang dikecap atau diciumnya karena manusia hanya bisa membedakan 4 jenis rasa, yaitu rasa manis, asam, asin dan pahit. Bau seperti parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenali oleh hidung kita. Melalui bau juga, manusia dapat membedakan satu benda dengan benda yang lainnya, tetapi tidak semua orang bisa melakukannya.
d.    Alat Perasa
Yang dimaksud disini adalah kulit. Manusia dapat membedakan panas atau dingin namun sangat relatif sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat observasi yang tepat.

Alat-alat indera tersebut yang sudah dijelaskan di atas sangat berbeda satu sama lain. diantaranya seperti ada yang sangat tajam dalam penglihatannya dan ada pula yang tidak. Dalam penciumannya, ada yang kuat dan ada yang lemah. Akibat dari keterbatasan alat indera inilah kemungkinan salah informasi itu cukup besar. Jadi, mitos itu dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena:
-          Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan penginderaan baik secara langsung, maupun dengan alat.
-          Keterbatasan penalaran manusia
-          Hasrat ingin tahunya terpenuhi

Menurut Auguste Comte (1798-1857), dalam sejarah perkembangan jiwa manusia, baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung tiga tahap, yaitu:
1)   Tahap Teologi atau Aktif
Dalam tahap ini, manusia berusah untuk mencari atau menemukan sebab pertama dan tujuan yang terakhir dari segala sseuatu tersebut dan selalu menghubungkannya dengan kekuatan gaib. Gejala alam yang begitu menarik perhatiannya selalu diletakkan dalam sebuah sumber yang mutlak dan selalu beranggapan bahwa setiap gejala dari peristiwa itu dikuasai oleh para dewa atau kekuatan gaib lainnya.
2)   Tahap Filsafat atau Metafisik atau Abstrak
Dalam tahap ini, manusia masih mencari sebab utama dan tujuan akhir tersebut, tetapi manusia tidak lagi menghubungkan masalah dengan kepercayaan akan adanya kekuatan gaib, tatapi kepada akalnya sendiri. Akal yang telah melakukan abstraksi untuk menemukan hakikat dari segala sesuatu.
3)   Tahap Positif atau Ilmiah Riel
Dalam tahap ini, manusia telah mampu berfikir secara positif atau riel atas dasar pengetahuan yang telah didapatnya yang kemudian dikembangkan lagi secara positif melalui sebuah pengamatan, percobaan dan perbandingan.

3.2  Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu deduktif dan induktif.
a.    Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.
Contoh :
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status social.

b.    Penalaran Induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum. Paragraf Induktis sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis. Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi, paragraf analogi, paragraf , sebab-akibat, atau bisa juga akibat-sebab.
Contoh paragraf Induktif:
Pada saat ini remaja lebih menukai tari-tarian dari barat seperti breakdance, Shuffle, salsa (dan Kripton), modern dance dan lain sebagainya. Begitupula dengan jenis musik umumnya mereka menyukai rock, blues, jazz, maupun reff tarian dan kesenian tradisional mulai ditinggalkan dan beralih mengikuti tren barat. Penerimaan terhadap bahaya luar yang masuk tidak disertai dengan pelestarian budaya sendiri. Kesenian dan budaya luar perlahan-lahan menggeser kesenian dan budaya tradisional.

3.3  Cara Memperoleh Pengetahuan
Penelitian atau riset pada hakikatnya bertujuan memperoleh pengetahuan tentang sesuatu yang dianggap benar melalui proses bertanya dan menjawab. Penelitian bertitik tolak dari pertanyaan yang muncul karena adanya keraguan, dan keraguan ini yang menjadi dasar permulaan ilmu pengetahuan. Dari pertanyaan muncul suatu proses untuk memperoleh jawaban, yaitu jawaban yang dipercaya sebagai kebenaran walaupun sifat kebenarannya sementara. Jawaban yang diperoleh dari proses seperti itu pada gilirannya akan dipertanyakan kembali, yang akan dijawab lagi melalui proses penelitian. Demikianlah penelitian itu tidak pernah berakhir sehingga ilmu pengetahuan bisa berkembang terus. Kemudian untuk melakukan sebuah penelitian diperlukan metode atau cara atau teknik yang akan di tempuh. Dalam hal ini kita kenal dengan Metodologi yang berasal dari dua kata “ metode dan logos”, metode yang berarti cara atau teknik sedangkan logos berarti ilmu. Jadi metodologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana kita mengetahui sesuatu.
Jadi hakikat metodologi penelitian tidak terletak pada apa yang kita ketahui, melainkan pada bagaimana kita mengetahui. Contoh, jika anda ditanya bagaimana bentuk bumi? Maka anda akan menjawab bahwa bentuk bumi bulat. Itu merupakan pengetahuan anda tentang bumi. Tetapi kalau ditanya bagaimana mengetahui bahwa bumi itu bulat? Itu merupakan metodologi.

Kita Memperoleh Pengetahuan dengan Dua Cara Menurut Babbie sebagai berikut:
a.    Melalui orang lain. Orang lain memberitahukan kepada kita, baik secara langsung maupun melalui media, dan apa yang diberitahukan itu kita terima sebagai sesuatu yang kita anggap benar. Di keluarga, kita banyak memperoleh pengetahuan dari orang tua, sejak bayi hingga dewasa. Di sekolah, kita memperoleh pengetahuan dari guru dan bacaan-bacaan yang ada di perpustakaan. Dalam pergaulan di masyarakat, kita banyak memperoleh pengetahuan dari teman atau orang lain yang kita jumpai. Melalui buku-buku kita mendapat pengetahuan yang memperkaya diri. Pengetahuan yang diperoleh dengan cara ini disebut agreement reality.
b.    Pengalaman diri sendiri secara langsung
Orang mengatakan bahwa pengetahuan adalah guru yang baik pengetahuan dari pengalaman diperoleh dengan mempelajari pengalaman kita sendiri. Pengalamn kita setiap hari jika direnungkan kembali akan memberikan banyak pengetahuan. Oleh karena itu janganlah langsung tidur pada malam hari sebelum merenungkan pengalaman hari itu untuk di syukuri dalam doa. Pengetahuan yang diperoleh dengan cara ini disebut riential reality.