IBD (4)
BAB I
Manusia dan Kegelisahan
1.
Pengertian
Kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata
“gelisah”. Gelisah artinya rasa yang tidak tentram di hati atau merasa selalu
khawatir, tidak dapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi (menanti), cemas dan
sebagainya. Kegelisahan menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun
perbuatannya, artinya merasa gelisah, khawatir, cemas atau takut dan jijik.
Rasa gelisah ini sesuai dengan suatu pendapat yang menyatakan bahwa manusia
yang gelisah itu dihantui rasa khawatir atau takut. Manusia suatu
saat dalam hidupnya akan mengalami kegelisahan. Kegelisahan yang cukup lama
akan menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia.
2.
Penyebab
Kegelisahan
a. Dari dalam
Faktor kegelisan dari dalam
diri seseorang antara lain:
i.
Cinta Diri
Kecintaan seseorang terhadap dirinya merupakan
hal yang wajar, namun sebagian orang telah berlebihan dalam mempertahankan
cinta tersebut, sehingga terbebani dengan berbagai macam penderitaan dan rasa
sakit. Dalam pembahasan ini, yang dimaksud cinta diri adalah kecintaan
melampaui batas, perhatian berlebihan terhadap diri sendiri, dan sangat
sensitif terhadap segala hal yang berkaitan dengan itu, sehingga ia tidak
mendapati musibah yang lebih parah dari penyakit tersebut.
Ya perhatian yang berlebihan terhadap diri akan menyebabkan munculnya keinginan buruk dalam diri seseorang, seperti ingin meraih kecintaan dari semua manusia, mengharapkan kehadiran mereka dengan patuh dan mau melaksanakan perintahnya secara keseluruhan demi memperoleh kerelaannya.
Ya perhatian yang berlebihan terhadap diri akan menyebabkan munculnya keinginan buruk dalam diri seseorang, seperti ingin meraih kecintaan dari semua manusia, mengharapkan kehadiran mereka dengan patuh dan mau melaksanakan perintahnya secara keseluruhan demi memperoleh kerelaannya.
ii.
Lalai dalam Mengingat Allah
Dalam beberapa hadits dan riwayat Shahih
disebutkan bahwa was-was dalam keadaan tertentu akan muncul sebagai akibat
kelalaian seseorang dalam mengingat Allah, berpaling dari (mencari) hikmah-Nya,
dan mengentengkan perintah dan larangan-Nya. Terkadang was-was juga akan muncul
dari setan yang telah mengguncangkan jiwanya.
Ya, orang yang hatinya bersih dan yakin kepada Allah tidak akan terkena penyakit ini, kecuali bila menderita cacat atau penyakit tertentu. Dari sudut pandang agama, mengingat Allah ibarat benteng kuat dan baju besi yang melindungi manusia dari berbagai macam bahaya, seperti penyakit kejiwaan. Sebagaimana, kita juga dapat menjadikannya sebagai pijakan dalam proses pengobatannya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa was-was bisa muncul sebagai akibat perbuatan haram dan mungkar, sebaliknya mencari perlindungan Allah dapat mencegah seseorang dari dampak negatifnya.
Ya, orang yang hatinya bersih dan yakin kepada Allah tidak akan terkena penyakit ini, kecuali bila menderita cacat atau penyakit tertentu. Dari sudut pandang agama, mengingat Allah ibarat benteng kuat dan baju besi yang melindungi manusia dari berbagai macam bahaya, seperti penyakit kejiwaan. Sebagaimana, kita juga dapat menjadikannya sebagai pijakan dalam proses pengobatannya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa was-was bisa muncul sebagai akibat perbuatan haram dan mungkar, sebaliknya mencari perlindungan Allah dapat mencegah seseorang dari dampak negatifnya.
iii.
Gejolak Hati
Terkadang was-was muncul dalam keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang sangat keras akan hal-hal yang spele dan remeh. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menyibukkan dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia, sehingga sering kali hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was.
Karena itu, ketika seorang anak kecil megotori badannya, maka ia akan segera melawan guncangan jiwa lantaran takut akan hukuman ibunya dengan cara mencuci kotoran tersebut berulang kali. Dan, pengulangan itu memberikan kemungkinan bagi muncul dan tertanamnya pemikiran yang bersifat was-was tersebut. Sebagian orang berkeyakinan bahwa pemikiran yang disertai perasaan was-was sebenarnya merupakan sejenis kegelisahan yang timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat disembuhkan dengan mudah.
Terkadang was-was muncul dalam keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang sangat keras akan hal-hal yang spele dan remeh. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menyibukkan dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia, sehingga sering kali hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was.
Karena itu, ketika seorang anak kecil megotori badannya, maka ia akan segera melawan guncangan jiwa lantaran takut akan hukuman ibunya dengan cara mencuci kotoran tersebut berulang kali. Dan, pengulangan itu memberikan kemungkinan bagi muncul dan tertanamnya pemikiran yang bersifat was-was tersebut. Sebagian orang berkeyakinan bahwa pemikiran yang disertai perasaan was-was sebenarnya merupakan sejenis kegelisahan yang timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat disembuhkan dengan mudah.
iv.
Rasa Takut dan Malu
Mungkin, sifat malu merupakan salah satu
diantara faktor penyebab was-was, sebab seorang pemalu adalah orang yang takut
berdiam diri dan inilah yang mengharuskan kita membahas tentang sebab-sebabnya
pada anak-anak.
Karena itu, mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan perlakuan keras, pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi problem yang sangat besar dan menyelesaikannya secara benar. Ini menunjukkan bahwa seorang pemalu akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain. Inilah yang mendorongnya melakukan pekerjaan secara berulang agar dapat menyelesaikannya sebaik mungkin, yang pada akhirnya menjerumuskannya kedalam was-was.
Karena itu, mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan perlakuan keras, pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi problem yang sangat besar dan menyelesaikannya secara benar. Ini menunjukkan bahwa seorang pemalu akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain. Inilah yang mendorongnya melakukan pekerjaan secara berulang agar dapat menyelesaikannya sebaik mungkin, yang pada akhirnya menjerumuskannya kedalam was-was.
v.
Tidak Merasa Aman
Dalam keadaan tertentu, perasaan tidak aman
merupakan faktor penyebab terjadinya was-was. Dengan kata lain, sebagian orang
akan menderita was-was lantaran dirinya merasakan tidak adanya keamanan.
Terkadang, perasaan semacam ini merupakan akibat dari lemahnya kepribadian dan
tidak adanya kemampuan dalam mengendalikan diri.
Tidak diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara tiba-tiba pada diri seseorang akan mendorong munculnya perasaan tidak aman dalam diri , yang kemudian akan menyebabkan tertimpa was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan menghilangkan perasaan aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan penyebab lemahnya kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi penyakit was-was.
Tidak diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara tiba-tiba pada diri seseorang akan mendorong munculnya perasaan tidak aman dalam diri , yang kemudian akan menyebabkan tertimpa was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan menghilangkan perasaan aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan penyebab lemahnya kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi penyakit was-was.
vi.
Jiwa yang Lemah
Kelemahan jiwa dalam diri seseorang dapat
mencapai suatu taraf dimana ia sendiri kehilangan kekuatan untuk mengendalikannya,
sehingga kita mendapatinya dengan terpaksa menyerah dihadapan kejadian-kejadian
yang dialaminya. Ketika ia menampakkan keinginan agar seluruh pekerjaannya
sebanding dengan orang yang lebih utama darinya, maka perasaan ini akan berubah
kedalam bentuk perasaan lemah.
b.
Kemasyarakatan
Terkadang, dalam beberapa
keadaan, was-was diakibatkan oleh faktor sosial dimana kita dapat melihat
sebagian gejalanya ketika seseorang melakukan suatu perbuatan yang sama dengan
orang lain dan selalu mengikutinya. Namun kasus ini berbeda dengan dimana
anak-anak mewarisinya dari ayah atau ibunya. Dengan kata lain, mengikuti
perilaku orang lain dan taklid terhadap kelakuan mereka yang salah serta
berteman dengan segala penderita penyakit tersebut akan menyebabkan terjadinya
kontradiksi yang dibencinya dan membantu proses transfer penyakit tersebut dari
satu orang kepada orang lain.
3.
Usaha Mengatasi Kegelisahan
Usaha yang digunakan dalam mengatasi kegelisahan:
a.
Dengan
memerlukan sedikit pemikiran yaitu, pertama kita menanyakan pada diri kita
sendiri (instropeksi),akibat yang paling buruk yang bagaimanakah yang akan kita
tanggung atau yang akan terjadi,mengapa hal itu terjadi,apa penyebabnya dan
sebagainya.
b.
Kita
bersedia menerima sesuatu yang terjadi pada diri kita dengan rasa tabah dan
senang hati niscaya kecemasan tersebut akan sirna dari jiwa kita. Bersamaan
berjalannya waktu kita dapat mencoba untuk memperkecil dan mengurangi
keburukan-keburukan akibat timbulnya kecemasan tersebut dalam jiwa kita.
c.
Berdoa
kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh sabar,tabah,senang dan ikhlas sehingga Ia
mau mengabulkan permohonan kita dari perasaan kecemasan ini,sebab Tuhan adalah
yang paling Maha Pemurah,Maha Pengampun,Maha Pengasih dan Maha Penyayang bagi
umatnya yang mau berdoa dan memohon kepadaNya
4.
Bentuk-bentuk
kegelisahan
Bentuk bentuk
kegelisahan antara lain:
a)
Keterasingan
Keterasingan berasal dari kata
terasing, asal kata dari kata dasar asing. Kata asing berarti sendiri, tidak
dikenal orang, sehingga kata terasing berarti tersisihkan dari pergaulan,
terpisahkan dari yang lain,atau terpencil. Jadi, keterasingan berarti hal-hal
yang berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpisah dari yang lain atau
terpencil. Apapun makna yang kita lekatkan pada istilah keterasingan, yang
jelas ia merupakan bagian dari hidup manusia. Sebagai bagian dari hidup
manusia, sebagaimana juga kegelisahan, maka keterasingan pun memiliki sifat
universal. Ini berarti bahwa keterasingan tidak pernah mengenal perbedaan
manusia. Sebentar ataukah lama setiap orang akan pernah mengalami keterasingan
ini, meskipun kadar atau penyebabnya berbeda-beda.
b)
Kesepian
Kesepian
berasal dari kata sepi, artinya sunyi, lengang, tidak ramai, tidak ada orang
atau kendaraan, tidak banyak tamu, tidak banyak pembeli, tak ada apa-apa, dan
sebagainya. Kesepian adalah keadaan sepi atau hal sepi.
Contoh : Setelah
anaknya yang telah menikah itu memiliki rumah sendiri, ibu Hadi merasa
kesepian.
c)
Ketidakpastian
Ketidakpastian berasal dari
kata tidak pasti artinya tidak menentu (pikirannya) atau mendua, atau apa yang
dipikirkan tidak searah dan kemana tujuannya tidak jelas. Itu semua akibat
pikirannya yang tidak dapat konsentrasi. Ketidakkonsentrasian itu disebabkan
oleh berbagai sebab, yang paling utama adalah kekacauan pikiran.
Ketidakpastian atau ketidaktentuan adalah bagian hidup manusia. Setiap orang
hidup pasti pernah mengalaminya. Bahkan anak kecil sekalipun pernah
mengalaminya, misalnya, ketika anak kecil ditinggalkan ibunya, ia menangis
kebingungan. Kebingungan itu menunjukan adanya ketidakpastian, seperti anak
ayam yang kehilangan induknya.
Untuk mengatasi atau menghilangkan pikiran yang kacau itu perlu mencari penyebabnya. Andaikata telah diketahui penyebabnya, namun kekacauan pikiran tersebut tidak hilang, penderita perlu diajak ke psikolog.
Untuk mengatasi atau menghilangkan pikiran yang kacau itu perlu mencari penyebabnya. Andaikata telah diketahui penyebabnya, namun kekacauan pikiran tersebut tidak hilang, penderita perlu diajak ke psikolog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar